Merapi Masih Berstatus Awas
*DNA Mbah Maridjan Dikirim ke Jakarta
JAKARTA - Meski telah mengeluarkan awan panas atau wedhus gembel, status gunung Merapi masih tetap awas. Untuk itu para pengungsi diminta agar tetap di tempat pengungsian. "Sementara status merapi masih awas, kita masih pantau. Masyarakat tetap di pengungsian aja dulu," ujar Kepala PVMBG, Surono, Rabu (27/10).
Jumlah pengungsi yang memadati barak-barak pengungsian Gunung Merapi sudah mencapai 19 ribu orang. Padahal barak pengungsian di Kabupaten Sleman hanya bisa menampung 13 ribu orang. Akibatnya pengungsi terpaksa berdesakan di lokasi tersebut.
Sementara korban tewas akibat awan panas Merapi terus bertambah. Data terakhir di RS dr Sardjito, Yogyakarta, jumlah korban tewas mencapai 30 orang, dan 11 di antaranya belum dikenali. Jumlah korban tewas itu sudah termasuk Mbah Maridjan dan salah seorang wartawan Viva News. Rencannya jenazah korban letusan Gunung Merapi yang belum teridentifikasi akan dimakamkan secara missal
"19 Sudah diidentifikasi, dan 3 diambil keluarga," kata Ketua Seksi Operasi DVI, Ipda Teguh Dwi Santosa, di RS dr Sardjito, Yogyakarta, Rabu (27/10).
Teguh menjelaskan, 28 jenazah ada di RS dr Sardjito, dan 2 lainnya di Panti Nugroho. "13 Korban meninggal ada di Desa Kinahrejo," imbuh Teguh.
Dia juga menjelaskan, beberapa jenazah yang sudah dikenali telah dimandikan, dikafankan dan juga disalatkan di masjid rumah sakit. Teguh juga menerangkan pencarian untuk hari ini dicukupkan karena kondisi tanah dan suhu udara yang masih terasa panas.
"Pencarian dimulai pukul 04.00-10.00 WIB, dihentikan karena berdebu panas. Kita belum tahu kapan lagi dilaksanakan pencarian, mudah-mudahan secepat mungkin," tutupnya.
Diketahui, karakteristik letusan Merapi terjadi kemarin adalah eksplosif (ledakan) dan bukan elusif (aliran), ditandai dengan dentuman dan dimuntahkannya hawa panas dengan suhu sekitar 500 derajat Celsius.
Sejak Senin (26/10) pukul 06.00 WIB, status Merapi telah naik ke tingkat Awas. Semua warga dievakuasi, namun masih ada saja yang enggan mengungsi seperti Mbah Maridjan dan sejumlah tetangganya. Sebanyak 30 orang tewas dalam musibah alam ini, termasuk Mbah Maridjan dan tetangganya.
Hingga tadi malam, tim medis rumah sakit belum bisa memastikan jenazah pria mengenakan batik dalam posisi rukuk adalah Mbah Maridjan. Pihak DVI Polri ingin benar-benar memastikan bahwa jasad yang ditemukan dalam posisi sujud adalah juru kunci Gunung Merapi itu dengan cara mengirimkan DNA Mbah Maridjan.
"Secara fisik Mbah Maridjan, tapi hasilnya baru besok. Karena baru hari ini dikirimkan ke Jakarta DNA-nya," kata Ketua Seksi Operasi DVI, Ipda Teguh Dwi Santosa, di RS dr Sardjito, Yogyakarta, Rabu (27/10).
Jasad Mbah Maridjan pun, lanjut Teguh, sudah diidentifikasi keluarga. "Dan jenazahnya sudah dikafani dan dimandikan," imbuh Teguh.