Harga Kopi Masih Stabil
EMPAT LAWANG- Memasuki Hari Raya Idul Ahda 1431 H, harga biji kopi bekisar Rp11,5 ribu hingga Rp12 ribu perkilogram, sedangkan harga bubuk kopi mencapai Rp 30 ribu perkilogram. Kendati harga jual kopi bubuk lebih mahal, namun tetap tidak berpengaruh terhadap harga jual biji kopi, bahkan belum menunjukan adanya peningkatan dari harga saat ini.
“Harga biji kopi saat ini memang susah ditebak, sekarang masih normal siapa tahu kedepan harganya melambung tinggi, karenanya saya lebih memilih untuk menyimpan terlebih dahulu dengan harapan lebih banyak kopi yang saya kumpulkan dengan harapan menjualnya juga akan lebih mahal, tapi jika dibutuhkan maka apa boleh buat” ungkap Marwan (47) warga Tebing Tinggi kepada koran ini.
Dikatakannya, dengan harga yang lumayan tinggi mencapai Rp 12 ribu, membuat sebagian besar petani memilih menjual karena untuk keperluan persiapan menghadapi Idul Adha. Namun jika dilihat dari hasil panen pada tahun 2010, buah kopi milik petani terbilang sangat kurang, biasanya dalam satu musim mendapat satu ton lebih, namun tahun ini hannya menghasilkan separuh dari hasil tahun kemarin.
“Saya juga sedikit binggung dengan hasil panen tahun ini, karena pada tahun ini saya hanya menghasilkan sebagian dari biasanya, namun bukan hanya saya yang mengelukan hasil panen sedikit, tapi hampir setiap warga juga mengeluhkan hasil kebun mereka,” jelasnya.
Diakui Marwan, dalam perawatan pohon dan pemupukan tidak ada permasalahan. Selain hasil panen yang kurang dan harga yang tidak begitu menanjak, membuat dirinya sedikit tertekan tertekan. Terlebih untuk mencukupi keperluan keluarga dan kebutuhan hari raya.
“Biasanya jika menjual biji kopi banyak maka harganya tidak begitu mahal, tapi jika buah kopi sedang dan sedikit panen maka harga bisa mencapai belasan ribu, seperti sekarang” imbuhnya.
Menurut Ismail (40) salah seorang toke kopi di lokasi pasar Tebing Tinggi, mengatakan, pembelian biji kopi pada tahun 2010 ini terbilang susah. Karena kebanyakan kebun yang digarap warga tidak begitu menghasilkan buah, sehingga jumlah penjualan menurun draktis.
“Penjualan biji kopi kering dari petani pada musim ini sangat kurang, biasanya setiap habis musim, saya dapat mengumpulakn hasil penjualan dari petani hingga satu ton lebih,” terangnya.
Ditambahkannya, kebanyakan warga tidak terlalu meperdulikan kualitas akhir saat melakukan penjemuran, salah satunya dengan melakukan penjemuran di badan jalan sehingga biji kopi kering menjadi gepeng. Karena hasil akhir biji kopi yang rusak mempengaruhi harga jual.
“Saya melihat dulu kualitas biji kopi yang dijual warga, jika banyak yang hitam ataupun gepeng, tidak heran jika harganya juga pasti murah,” tegasnya seraya menambahnkan jika memang biji kopi yang dijual dengan kualitas bagus, dirinya juga dapat meningkatkan harga beli. (K-3)
