|

Angkutan Sungai Kembali Dilirik


EMPAT LAWANG- Memasuki musim penghujan 2010, sejumlah angkutan sungai kembali dilirik warga. Khususnya, warga yang tingal didaerah pinggiran aliran sungai musi (DAS). Dibanding menggunakan akses angkutan darat, menuju kebeberapa daerah yang berpotensi kerusakan jalan serta berlumpur. Warga lebih memilih angkutan sungai, karena tergolong lebi cepat dan tidak terkendala akses yang sulit. “Kalau menggunakan akses darat, saat musim hujan kondisi jalan semakin para dan berlumpur. Jadi mendingan menggunakan angkutan sungai, selain lebih mempercepat akses tidak menimbulkan kebosanan dalam perjalanan yang cukup jauh.,” kata Rasyidi (43) salah warga Desa Tanjung Kupang Baru, Kecamatan Tebing Tinggi, Senin (8/11).

Diakuinya, jasa angkutan sungai, biaya perjalanan memang tergolong mahal. Namun dengan mengunakan jasa ini, penumpang juga dapat bersantai sambil merasakan panorama sungai musi serta dapat terhndar dari kemacetan dan polusi. “Kalau dibanding dengan bea ongkos kendaran darat memang selisih jauh, tapi dengan mengunakan jasa angkutan sungai musi, saya dapat santai sambil merasakan panorama sungai musi serta dapat terhindar dari kemacetan dan polusi,” terangnya.


Pada musim penghujan transportasi sungai memang sangat dibutuhkan, terutama beberapa pemukiman di DAS dan daerah yang dijangkau melalui akses darat cukup sulit. Tidak heran jika angkutan perahu ketak menjadi salah satu penghubung alternatif penyeberangan untuk berpergian para warga, terutama ke pasar Tebing Tinggi, demi memenuhi kebutuhan sehari hari.

Sementara, Arsad (58) pemilik Perahu Ketek mengakui, saat ini telah terjadi pengurangan terhadap jasa anguktan sungai (perahu), tidak seperti tahun kemaren, mencapai 10 lebih perahu milik warga yang digunakan untuk jasa transfortasi, namun saat ini jumlahnya sangat merosot, hanya berkisar 5 perahu. Sehingga untuk mengatar penumpang tidak bias melebihi kapasitas, dan satu perahu hanya dapat memuat penumpang lebih dari 15 orang. Karena kurangnya jasa angkutan sungai saat ini, membuat Arsad semakin giat melakukan pekerjaan ini.
“Tahun kemaren jumlah perahu ketek mencapai sepuluh lebih, tapi sekarang hanya tinggal lima perahu, jadi untuk sekarang ini kami tidak terlalu berebut penumpang,” imbuhnya.


Dalam satu hari, perahu ketek ini hanya dapat beroprasi sekali, karena selain lama menunggu di pangkalan, juga dipengaruhi oleh jarak antar penumpang. Serta muatan dari satu perahu ketek dapat mencapai 15 orang lebih, meski demikian tidak setiap kali melakukan muatan penumpang selalu penuh. Apalagi pada hari biasa, jumlah para penumpang dalam sekali tarik hanya empat orang. Tapi pada saat memasuki hari lebaran Idul Adha seperti sekarang ini, satu kali tarik dapat mencapai sepuluh penumpang.


“Jika pada hari biasa, penumpang sepi pak, hanya bekisar 4 orang. Tapi kalau musim hujan penumpang jadi ramai. Sayangnya kami hanya bisa sekali untuk mengantar penumpang per hari karena desa disini jauh seperti Gunung Kembang Lama,” paparnya seraya mengatakan biaya atau ongkos per orang mencapai Rp 10 ribu hingga Rp 30 ribu.
Ditambahkannya jasa angkutan sungai memang tergolong mahal, karena disebabkan pengunaan bahan bakar terlalu boros. Ditambah harga bahan bakar juga mahal, setidaknya setiap hari mesin dapat menghabiskan 15 liter untuk pulang pergi. “Jadi wajar kalau ongkosnya mahal,” ujarnya. (K-3)

Posted by Unknown on Selasa, November 09, 2010. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

0 komentar for "Angkutan Sungai Kembali Dilirik"

Leave a reply

Calon Gubernur 2013

 
Linggau Pos Jl. Yos Sudarso No. 89 Kel. Batu Urip Taba Kota Lubuklinggau
Copyright © 2013. Linggau Pos | Jawa Pos Group - All Rights Reserved
HarianPagi Pertama dan Terbesar di Bumi Silampari
Dibuat Oleh: Edi Sucipto