|

Talut di Bukit Sulap Ambruk

*Pemanfaatan TNKS akan Direvisi ULAK SURUNG- Kondisi talut (dinding penahan tebing) pada bangunan proyek wisata Bukit Sulap membuat cemas masyarakat RT 10 Kelurahan Ulak Surung, Kecamatan Lubuklinggau Utara II. Pasalnya sudah ada talut yang ambruk, dan satu talut telah retak-retak. Asna (32), salah seorang warga setempat kepada Linggau Pos, Rabu (13/2) mengungkapkan, saat ini talut yang berada tidak jauh dari rumahnya mulai retak dikhawatirkan dalam waktu dekat akan ambruk. Serta menghantam rumah warga di sekitarnya. “Talut itu sudah mulai retak selain itu melihat dinding penahan tebing yang berada di dalam bangunan di wisata Bukit Sulap sudah ambruk. Suatu saat bisa-bisa ambruk dan longsor jika tidak segera diperbaiki karena sekarang sedang musim hujan,” ungkap ibu lima anak ini. Di lain tempat, Ketua RT 10 Kelurahan Ulak Surung, Helmi Supriadi mengatakan peristiwa talut longsor sudah terjadi dua minggu lalu. Kejadian ini sudah disampaikan kepada pengawas pemborong talut di lokasi proyek wisata Bukit Sulap agar segera ditindaklanjuti. “Saya juga telah melaporkannya kepada Lurah Ulak Surung, Sukandar. Sekarang proyek itu dalam masa pemeliharaan selama enam bulan, sebelum dilanjutkan pembangunannya dan tinggal menunggu tindak lanjuti untuk segera diperbaiki,” kata Helmi, sapaan pria ini. Masih kata dia, ada dua lokasi talut yang dikhawatirkan warga salah satunya talut yang berada di pinggir jalan Bengawan Solo dekat dengan gerbang TNKS dengan ketinggian lebih kurang 10 meter, dan satunya lagi talut yang berada di dalam kawasan wisata Bukit Sulap. “Talut yang berada di pinggir jalan itu sudah dua kali longsor tetapi telah diperbaiki. Sekarang kami khawatir karena kondisi talut itu sudah mulai retak. Sehingga diharapkan talut itu bukan hanya diperbaiki namun dibangun ulang agar lebih tahan lama tidak seperti sebelumnya,” saran Helmi. Selain itu pemborong selalu melakukan tindakan representatif dan enak diajak kerjasama. “Sekarang drainase yang berada di RT10 juga mengalami penyempitan dan gorong-gorongnya tersumbat yang juga dikawatirkan dapat memicu terjadinya longsor di wilayah Bukit Sulap,” jelasnya. *Penyebabnya Curah Hujan Sedangkan, Kepala Seksi PTNKS Wilayah V Sumsel, Miskun mengungkapkan ada beberapa faktor dapat menyebabkan terjadinya longsor di wilayah tersebut yaitu, curah hujan sekarang ini cukup tinggi, kondisi tanah yang gembur serta kawasan TNKS digunakan warga untuk berladang. “Sebelumnya kita sudah lakukan sosialisasi kepada warga agar tidak lagi membuka lahan di kawasan Bukit Sulap, karena selain kawasan itu termasuk kawasan TNKS juga untuk menjaga habitat satwa berada di sana. Serta mencegah terjadinya longsor di mana kita ketahui wilayah ini penduduknya cukup banyak,” ungkap Miskun. Untuk menghindari bentrok dan suasana yang tidak kondusif di wilayah tersebut karena menyangkut mata pencarian masyarakat, Miskun menyatakan kita lakukan sosialisasi lebih dekat kepada masyarakat. Agar tidak lagi melakukan pembukaan lahan dan menjelaskan dampak yang akan terjadi. Miskun menambahkan saat ini pengelolahan TNKS zona pemanfaatannya antara Balai Besar TNKS dengan Pemkot Lubuklinggau rencananya akan direvisi karena selama ini dipandang kegunaannya sebatas bisnis. Untuk itu diharapkan dengan peraturan pemerintah (PP) yang baru kita arahkan ke BUMD atau koperasi. “Dasarnya PP No. 18 tahun 1994 tentang pengusahaan pariwisata alam dan PP nomor 36 tahun 2010 tentang pengusahaan pariwisata alam di suaka marga satwa, taman nasional, taman hutan raya (tahura) dan taman wisata alam. Serta Permenhut No 48 tahun 2010 tentang pengusahaan pariwisata alam,” papar Miskun. (13)

Posted by Unknown on Jumat, Februari 15, 2013. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

Calon Gubernur 2013

 
Linggau Pos Jl. Yos Sudarso No. 89 Kel. Batu Urip Taba Kota Lubuklinggau
Copyright © 2013. Linggau Pos | Jawa Pos Group - All Rights Reserved
HarianPagi Pertama dan Terbesar di Bumi Silampari
Dibuat Oleh: Edi Sucipto