|

Warga Sandera Puluhan Truk PT Bania dan Tamtama


*Tuntut Penutupan Galian C

LUBUKLINGGAU-Puluhan unit truk milik PT Bania dan Tamtama disandera ratusan warga dari Kelurahan Durian Rampak, Tanjung Raya. Aksi ini dilakukan masyarakat di jembatan Sungai Malus, Kelurahan Tanjung Raya, Kecamatan Lubuklinggau Utara I, Kamis (28/10) sejak pukul 10.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB.

Dalam aksi kemarin, masyarakat didampingi Ketua Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) cabang Kota Lubuklinggau, Redy Lansah dan beberapa anggotnya meneriakan yel-yel secara bergantian. Unjuk rasa terjadi akibat ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja Pemerintah Kota (Pemkot) Lubuklinggau yang hanya memberikan jaji akan melakukan penutupan galian C di Sungai Ulu Malus. Sementara hingga Kamis (28/10), pihak perusahaan masih beroperasi melakukan penambangan. Bahkan, pencabutan surat izin penambangan galian C baru ditanda tangani Wakil Walikota Lubuklinggau bersamaan dengan aksi penyandraan truk yang dilakukan warga.

Aksi sempat memanas ketika massa enggan melepaskan truk yang mereka sandera, sebelum adanya ketegasan penutupan aktivitas galian C oleh Pemkot Lubuklinggau. Unjuk rasa dijaga ketat puluhan petugas dipimpin Kasat Intel Polres Lubuklinggau, AKP Bambang S dan Kasat Samapta, Kapolsek Lubuklingau Utara AKP Ikhromi SD serta anggota Satlantas. Awalnya masyarakat sempat berniat melakukan pemblokiran jalan, namun setelah mendapat pengarahan, akhirnya aksi berubah menjadi penyandraan truk PT Bania dan Tamtama yang membawa material Galian C.

“Aksi ini murni datang akumulasi kekesalan masyarakat karena tidak adanya langkah serius pemerintah daerah untuk mencabut aktivitas galian C di Ulu Malus. Kami akan terus melakukan aksi sebelum adanya pencabutan izin usaha itu,” ujar ketua GMNI, Redi Lansa.

Hal sama diungkapkan tokoh masyarakat, Wahar dan Abu Hasan. Mereka mengaku resah air sungai keruh akibat dampak galian C. “Kami yang tinggal di kebun, air sungai itu untuk mandi bahkan minum,” jelasnya.

Permasalahan itu telah lama dilaporkan ke pemerintah setempat, namun belum ada realisasinya. “Kami sengaja sweeping mobil truk PT Bania supaya keinginan bisa terwujud,” ucapnya.

Terpisah, salah seorang sopir mobil truk PT Bania saat dibincangi wartawan koran ini mengaku tidak tahu adanya penyanderaan. “Kalau aku tahu, lebih baik berhenti di warung,” ucap pria ini menolak namanya dikorankan.
Lanjut dia, jika mobil yang dibawanya tetap tidak diperbolehkan maka ia akan pulang ke camp PT Bania melapor kepada pimpinan. “Biar PT Bania yang mengurusnya sebab mobil ini milik perusahaan,” tambahnya.

Menurutnya Galian C di Ulu Malus bukan hanya PT Bania melainkan banyak perusahaan lainnya. “Karena mobil perusahaan kami banyak, maka seolah-olah PT Bania yang mengeruk sungai malus,” imbuh warga Desa Lake, Kecamatan STL Terawas ini.

Sekitar tiga jam aksi berjalan, sekitar pukul 15.00 WIB, Asisten III Setda Kota Lubuklinggau, Rahman Sani bersama Camat Lubuklinggau Utara I, Muhammad Yunus datang menemui pengunjuk rasa. Dihadapan masyarakat, Rahman berharap truk-truk yang mereka sandera segera dilepaskan. “Surat izin pencabutan usaha galian C di Sungai Malus sudah ditanda tangani oleh Wakil walikota. Dan segera akan kami layangkan kepada para pengusaha yang melakukan aktivitas galian C ditempat tersebut,” katanya seraya memperlihatkan surat.

Namun, penyampaian jawaban dari pemerintah ini tidak serta merta diterima warga. Mereka meminta seluruh alat pertambangan galian C milik penusaha yang ada di Ulu Malus segera dipindahkan. ”Kalau surat izin pencabutannya sudah ada, maka sekarang pindahkan semua alat berat disana,” kata Indra salah seorang warga.

Menanggapi desakan tersebut, Rahman Sani meminta agar masyarakat bersabar hingga proses proses pencabutan itu berjalan sesuai peraturan perundang-undangan.
”Surat ini akan kami layangkan dahulu kepada para pengusaha, kemudian akan kami panggil untuk diadakan pertemuan. Tapi besok (hari ini,red), kami akan memantua langsung ke Ulu Malus,” ungkapnya.

Setelah mendapat penjelasan panjang lebar, akhirnya emosi warga mereda. Mereka pun bersedia melepas puluhan truk pengakut batu koral dan pasir. ”Kami harap pihak pengusaha tidak lagi melakukan aktivitas galian C karena mencemari keruh air Sungai Ulu Malus. Jika aktivitas itu masih dilakukan, maka besok (hari ini,red) kami akan melakukan aksi lebih besar lagi,” kata Redy Lansah. (03/08)

Posted by Unknown on Jumat, Oktober 29, 2010. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

0 komentar for "Warga Sandera Puluhan Truk PT Bania dan Tamtama"

Leave a reply

Calon Gubernur 2013

 
Linggau Pos Jl. Yos Sudarso No. 89 Kel. Batu Urip Taba Kota Lubuklinggau
Copyright © 2013. Linggau Pos | Jawa Pos Group - All Rights Reserved
HarianPagi Pertama dan Terbesar di Bumi Silampari
Dibuat Oleh: Edi Sucipto