Gunung Kaba Berpotensi Meletus
*Simpan Energi Puluhan Tahun
CURUP-Gunung Kaba di Desa Sumber Urip, Kecamatan Sindang Kelingi, Kabupaten Rejang Lebong, berpotensi meletus. Sejak September 2009 lalu hingga saat ini, gempa vulkanik terus meningkat sehingga Pos Vulkanologi dan Mitigasi Bencana dan Gempa (PVMBG) Rejang Lebong menaikan statusnya dari biasa menjadi waspada.
Hal ini ditegaskan Sigit Wibisono, Ketua PVMBG Rejang Lebong di Desa Sumber Urip, Jum'at (12/11) saat menerima kunjungan Gubernur Bengkulu, Agusrin M Najamudin melihat secara langsung perkembangan aktivitas Gunung Kaba bersama unsur Muspida Kabupaten Rejang Lebong.
"Bisa saja status Gunung Kaba ini berubah menjadi status siaga yang awalnya November 2009 berstatus waspada. Berdasarkan alat pencatat di PVMBG, tingkat gempa vulkanik serngkali," jelas Sigit Wibisono.
Menurut Sigit, status Gunung Kaba, biasa disebut Bukit Kaba, akhir-akhir ini memang tidak stabil dengan guncangan gempa terkadang melebihi batas maksimum. Biasanya batas normal Gunung Kaba dibawah 10 kali gempa setiap hari. Namun sejak November 2009 lalu, gempa vulkanik mencapai ribuan kali perbulan. “Bahkan dalam beberapa hari ini gempa yang terjadi setiap harinya mencapai 129 kali per hari," papar Sigit di hadapan Gubernur.
Ditambahkan Sigit, tingkat kegempaan yang terjadi selalu berubah-rubah membuat pihaknya belum bisa memastikan kondisi Gunung Kaba secara pasti. "Kita tidak bisa memastikan status gunung apakah akan diturunkan atau dinaikan. Kita hanya menyampaikan perkembangan setiap harinya ke petugas yang ada di Bandung, mereka yang bisa menentukan. Kita hanya menyampaikan rekomendasi saja," terang Sigit.
Selain itu, Sigit menceritakan, menurut sejarah Gunung Kaba, hampir setiap tahun mengalami letusan meskipun hanya kecil. Bahkan letusan terdasyat pernah terjadi hingga menewaskan 200 jiwa lebih pada 1056 lalu. Dari sejarahnya Sigit memastikan, kapanpun Gunung Kaba dapat meletus. Alasannya sudah hampir puluhan tahun gunung tersebut tidak mengalami aktifitas letusan.
"Gunung ini kan (Kaba,red) aktif. Sebelumnya tahun 1953 letusan terjadi menurut ilmu penelitian adalah untuk mengurangi energi yang tersimpan di dalam gunung itu sendiri," ceritanya.
Bisa jadi lanjut Sigit, selama 60 tahun terakhir Gunung Kaba menyimpan energi untuk mengeluarkan letusan. Diakuinya, jika Gunung Kaba meletus bisa perpengaruh sangat luas karena memiliki energi yang kuat. "Kita tidak bisa menentukan. Yang menentukan yang di Atas, kita hanya bersifat mengamati saja," katanya.
Ditambahkannya, untuk radius akibat letusan Gunung Kaba, dilihat dari kondisi dan bentuk Gunung Kaba. Pihaknya melakukan meneliti dan memperkirakan letusan Gunung Kaba bakal terjadi 3 tingkatan.
"Pertama letusan radius 2,5 kilometer, untuk ring kedua hingga 5 kilometer dan ring ketiga diatas 7 meter lebih bahkan jika energi letusan terjadi bisa mencapai Kota Lubuklinggau," paparnya.
Meski saat ini kondisi Gunung Kaba berstatus waspada, kedepan status gunung tersebut bisa kembali normal, dilihat dari tanda-tanda alam. "Mudah-mudahan tidak ada hal buruk bakal terjadi, karena belum ada tanda-tanda alam seperti hewan liar yang berada di lokasi keluar kandang, namun kita tetap waspada akan hal itu," imbuhnya.
Kendati belum ada kepastian peningkatan status Gunung Kaba dari waspada ke awas, Gubernur Bengkulu, Agusrin mengaku cemas. "Kalau memang sejarah mengatakan gunung ini biasanya meletus setiap tahun, bisa memungkinkan Gunung Kaba ini kembali akan meletus. Kalau kita melihat jangka waktunya sudah cukup lama dan berpotensi meletus dengan energi besar," katanya.
Dengan kondisi ini, pihaknya meminta pada pemerintah daerah untuk segera bekerjasama dengan PVMBG Rejang Lebong untuk mempetakan langsung bagian-bagian ring yang perlu diwaspadai. Tujuannya agar kedepan jika terjadi hal buruk lebih mudah melakukan evakuasi.
"Saya minta pemerintah daerah segera susun bahan-bahan dan pemetaan, desa-desa mana saja yang memasuki ring 1 hingga ring 3. Saat ini kita tidak tahu mana desa-desa yang masuk dalam ring," terangnya.
Gubernur juga meminta PVMBG Rejang Lebong tidak segan-segan meminta bantuan pada pemerintah setempat untuk kepentingan informasi dan keselamatan warga sekitar. "Kalau butuh apa saja silahkan dikoordinasikan pasti akan kami bantu. Sosialisasikan segera dan buat pamflet-pamflet disetiap desa ssuai ring yang diperkirakan agar masyarakat bisa mengetahuinya," jelas Gubernur.
Kemudian Gubernur meminta pada masyarakat khususnya masyarakat Rejang Lebong dan sebagian masyarakat Kepahiang berada di sekitar Gunung Kaba, agar tidak cemas dan khawatir. "Masyarakat tidak usah cemas, kita minta agar petugas selalu memberikan informasi akurat untuk diketahui masyarakat," harapnya.
Disisi lain, Gubernur menghimbau para bupati dan walikota supaya mengalokasikan dana bencana di APBD kabupaten/kota minimal 25 persen. Menurutnya, hal tersebut sangat penting untuk persiapan tempat-tempat evakuasi, dan pelatihan terhadap antisipasi bencana alam. Gubernur juga mengancam apabila tidak melakukan hal tersebut tidak akan menyetujui APBD kabupaten/kota.
Realisasi tersebut, sambung Gubernur, dilaksanakan untuk APBD 2011 mendatang. "Jangan sampai telah terjadi bencana baru kita kewalahan mengatasi hal itu, lebih baik kita antisipasi sebelum terjadi," katanya.
Setelah melakukan diskusi, Gubernur penasaran dengan kondisi Gunung Kaba berstatus waspada. Bahkan dirinya berniat hendak melihat langsung hingga kepuncak gunung, menggunakan motor tril sengaja dibawa dari Provinsi. Dengan kondisi jalan licin, Gubernur menyisiri Gunung Kaba dibawah guyuran hujan bersama rombongan.
Sebelum menaiki Gunung Kaba, Gubernur sempat diingatkan ketua Pos untuk tidak melanjutkan perjalanan karena cuaca yang sangat ekstrim. Namun, karena keinginan kuat ia tetap melanjutkan perjalanan bersama rombongan. Cuaca yang sangat ekstrim saat itu membuat puluhan orang rombongan Gubernur tidak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya rombongan hanya bisa sampai di pos penjagaan diperkirakan 30 menit lagi sampai kepucaknya.
Status Waspada Rugikan Persatuan Ojek Wisata
Mencuatnya isu status Gunung Kaba menjadi waspada, membuat masyarakat desa setempat mengalami kerugian. Salah satunya warga yang berprofesi sebagai tukang ojek wisata Gunung Kaba yang biasa mangkal.
Diungkapkan salah seorang anggota organisasi ojek wisata Gunung Kaba, Alfian (35), pada Jum'at (12/11), sejak beredarnya informasi status Gunung Kaba, penghasilan menarik ojek berkurang drastis.
"Biasanya para pengunjung luar daerah dalam satu minggu ada-ada saja pengunjung yang hadir dan menggunakan jasa ojek untuk mendaki Gunung Kaba hingga ke puncaknya," ungkap Alfian.
Namun saat ini, kata dia, dalam hitungan satu bulan, terkadang hanya mendapatkan satu penumpang. "Untuk satu penumpang biasanya diambil Rp 100 ribu mulai dari desa terdekat sampai ke puncak gunung, namun jika antar jemput hanya diambil Rp 150 ribu," akunya.
Ia juga mengeluhkan kondisi jalan menuju Gunung Kaba sangat rusak sehingga memerlukan waktu satu jam lebih untuk mendaki. "Jika hari hujan satu dua jam baru sampai mas," katanya.
Untuk menanggulangi kerugian dialami sejak beredarnya informasi status Gunung Kaba, Alfian terpaksa mengangkut barang-barang hasil panen warga setempat meski hanya mendapat untung sedikit. "Untuk mengangkut hasil panen sayur kurang sebanding karena sangat sedikit untung terlebih harga sayuran saat ini tidak terlalu mahal," ungkapnya.(09)